Tampilkan postingan dengan label kanker serviks. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label kanker serviks. Tampilkan semua postingan

Minggu, 14 Oktober 2018

Melawan kanker


KANKER adalah penyakit yang disebabkan oleh ketidaknormalan pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh. Dalam keadaan nomal, sel hanya akan membelah diri jika ada penggantian sel-sel yang telah mati dan rusak. Namun, sel yang abnormal (sel kanker) akan membelah terus meskipun tubuh tidak memerlukannya. Akibatnya terjadi penumpukan sel baru yang disebut tumor ganas. Penumpukan sel tersebut mendesak dan merusak jaringan normal sehingga menggangu organ yang ditempatinya.
Sel-sel kanker berkembang dengan cepat, tidak terkendali, dan akan terus membelah diri, selanjutnya menyusup ke jaringan sekitarnya (invasive) dan terus menyebar malalui jaringan ikat, darah dan menyerang organ-organ penting serta syaraf tulang belakang. Kanker dapat terjadi di berbagai jaringan dalam berbagai organ tubuh. Mulai dari kaki sampai kepala. Bila terjadi di bagian permukaan tubuh, kanker mudah diketahui dan bisa segera diobati. Tetapi jika kanker terjadi dibagian dalam tubuh, tentu akan sulit diketahui. Bahkan, kadang-kadang tidak memiliki gejala. Kalaupun kemudian timbul gejala, biasanya sudah stadium lanjut sehingga sulit diobati.

APA BEDANYA TUMOR DAN KANKER?
Tumor dan kanker hanya beda  tipis. Jika kanker adalah penyakit yang disebabkan oleh ketidaknormalan pertumbuhan sel-sel  jaringan tubuh, maka  tumor adalah pembengkakan jaringan tubuh karena ketidaknormalan kondisi. Tumor ada dua macam yaitu, jinak dan ganas. Tumor jinak hanya tumbuh dan membesar, tidak  terlalu  berbahaya, dan  tidak  menyebar ke luar jaringan,  sedangkan tumor ganas adalah kanker yang tumbuh dengan cepat dan tidak terkendali serta merusak jaringan lainnya. Dengan kata lain, kanker merupakan tumor yang  ganas.

FAKTOR PENYEBAB KANKER
Mengapa IARC memprediksi bahwa di tahun 2030 akan ada sekitar 21,4% penderita kanker yang tersebar di seluruh dunia, Bukan hanya tersebar di Negara maju dan berkembang seperti priode-priode sebelumnya, melainkan tersebar pula di Negara-negara miskin. Faktor-faktor apa sajakah yang bisa menjadi pemicu meningkatnya populasi penderita kanker? Yup! Biasanya penyebab kanker tidak diketahui secara pasti. Mengapa? Karena penyebab kanker acap kali merupakan gabungan dari sekumpulan faktor. Salah satunya adalah faktor gaya hidup masyarakat modern.


Fasilitas modern serba mudah dan cepat cenderung membuat seseorang kurang aktivitas fisik. Bayangkan saja kalau dulu banyak orang mau berpeluh-peluh mengayuh sepeda ketempat kerja, sekarang untuk pergi ke warung di mulut gang saja maunya pake naik motor. Yeah..naek sepeda aja ogah, apalah lagi alasannya kalau bukan soal waktu? Pergi pagi-pulang malam demi sesuap nasi, badan capek, masihkah harus meluangkan waktu untuk sekedar berolah raga? Waktu untuk istirahat saja terasa kurang, Begitulah kira-kira alasan yang mengemuka.

Celakanya, kondisi itu masih diperparah dengan kacaunya pola makan. Kehidupan modern yang menuntut segalanya jadi serba cepat acap kali membuat orang buru-buru. Maka wajar jika kebanyakan orang memilih sesuatu yang praktis, bahkan mie instan. Tak terkecuali dalam hal makan. Tidak mengeherankan jika industri fastfood/junk food maju pesat. Makin diminati di belahan bumi manapun. Dari wilayah Negara maju hingga Negara miskin. Demikian pula produk makanan dan minuman instan lainnya. Sekarang ini, apa sih yang tidak ada edisi isntannya? Bumbu nasi goring pun sudah tersedia instannya. Merknya juga bermacam-macam. Mau apalagi?

Makanan instan berarti cepat saji. Sebelumnya telah diolah sedemikian rupa hingga bisa langsung dinikmati. Atau, hanya butuh sedikit sentuhan dapur lalu siap santap. Nah, itu dia masalahnya. Agar makanan bisa instan pastilah  butuh zat pengawet. Makin sering menikmati makanan/minuman instan berarti makin sering pula terpapar zat pengawet. Kondisi ini masih pula ditambah dengan konsumsi aneka macam zat penguat rasa dan pewarna. Otomatis sebab seIalu diburu waktu untuk urusan pekerjaan, urusan makan sering kali dinomorduakan, bahkan terabaikan. Baik terabaikannya dalam hal waktu maupun dalam hal komposisi gizinya. Apa boleh buat? Banyak orang tahu (termasuk saya sendiri yaa...) bahwa makanan sehat/bergizi itu baik untuk tubuh, tetapi sedikit orang yang mampu berdisiplin untuk hanya menyantap makanan sehat/bergizi. Apalagi meluangkan waktu untuk menyiapkan makanan sehat di rumah. Padahal, makanan  jelas  langsung  terkait dengan jaringan sel-sel tubuh. Makin bagus asupan gizi seseorang, makin bagus pula tingkat kesehatan tubuhnya. Sebaliknya, makin berantakan pola makannya, makin buruk juga kondisi tubuhnya. Memang tidak akan Iangsung terkapar sakit, tetapi rentan terhadap segala macam penyakit  termasuk kanker.
Gaya hidup lain yang merupakan penyebab kanker ialah kebasaan merokok. Sudah jelas ‘kan bahwa merokok berarti menghirup racun nikotin? Berarti meracuni diri sendin, bahkan orang lain di sekitarnya? Berarti kondisi tubuh tidak sepenuhnya sehat-bugar? Berarti rentan terpapar aneka macam virus, termasuk virus penyebab  kanker?  Ya, merokok sigaret meningkatkan resiko terjadinya kanker paru-paru,mulut, laring (pita suara), dan kandung kemih.
Kabar terbaru seputar gaya hidup yang bisa memicu kanker adalah pemakaian telepon seluler. Pada 1 Juni 2011 lalu WHO menyatakan bahwa telepon seluler bisa menyebabkan terjadinya kanker otak. Kesimpulan tersebut merupakan hasil pertemuan 21 ilmuwan dari 14 negara, termasuk riset terbaru yang belum dipublikasikan. Namun, WHO menyarankan para pemilik HP mengurangi pemakaian perangkat hands-free dan pengiriman pesan pendek. ini merupakan kali pertama badan kesehatan PBB itu  mengaitkan  telepon seluler dengan resiko kanker. Riset sebelumnya menyebutkan bahwa pemakaian  telepon  seluler  setiap hari —walaupun hanya setengah jam— akan membuat penggunanya terkena resiko kanker otak hingga 40 %. Woww, rasanya untuk gaya hidup yang satu mi agak susah dihindari ya? Tak kebayang deh, hanya boleh pakai HP selama setengah jam sehari. Hari gini? Saat kepraktisan dan kecepatan komunikasi amat dibutuhkan? Kesimpulan ini memang masih butuh riset lanjutan yang Iebih mendetil. Namun, sebaiknya tetap kita sikapi dengan bijak. Tak ada ruginya bukan, jika kita mulai membiasakan diri untuk menggunakan HP demi keperluan yang penting-penting saja? Bukan sekedar untuk ngerumpi?
Situasi serba terburu-buru juga bisa menjadi penyebab kanker. Entah karena dikejar waktu, entah karena dikejar kebutuhan hidup,  pokoknya sungguh  tidak nyaman selalu berada dalam kondisi terburu-buru. Terutama jika tuntutan hidup makin tinggi. Stres pasti melanda tanpa kenal ampun. Nah, stres berat itulah yang dapat mengganggu keseimbangan seluler  tubuh. Keadaan tegang yang terus-menerus dapat mempengaruhi sel-sel pun jadi hiperaktif dan berubah sifat menjadi ganas sehingga menyebabkan kanker.
Faktor perilaku juga bisa menjadi penyebab kanker. Misalnya perilaku seksual, yaitu melakukan hubungan intim di usia dini dan sering berganti-ganti pasangan. Perilaku Iainnya adalah berlebihan mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung lemak dan daging yang diawetkan, serta hobi menenggak minuman beralkohol.
  



hidup, dan perilaku; faktor-faktor lain yang diduga dapat meningkatkan terjadinya kanker adalah keturunan (genetika), virus, infeksi, gangguan kesiimbangan hormonal, radikal bebas, dan lingkungan. Berikut adalah penjelasan sinkatnya:

·         GENETIK (Keturunan)

Faktor genetik menyebabkan beberapa keluarga memiliki resiko lebih tinggi untuk menderita kanker tertentu bila dibandingkan dengan keluarga lainnya. Maka (sebagai contoh) resiko seorang wanita unuk menderita kanker payudara akan meningkat 1,5 hingga 3 kali jika ibunya atau saudara perempuannya menderita kanker payudara, jika dibandingkan dengan wanita lain yang keluarganya tidak mempunyai riwayat kanker payudara. Adapun jenis kanker yang cendrung diturunkan dalam keluarga adalah kanker payudara, kenker indung telur, kanker kulit dan kanker usus besar.

·         VIRUS
Virus-virus yang diduga bisa menyebabkan kanker antara lain:
Ø  Virus papiloma: yang menyebakan kulit alat kelamin (genitalis) dan diduga merupakan salah satu penyebab kanker leher rahim pada wanita.
Ø  Virus sitomegalo: yang menyebabkan sarcoma Kaposi (kanker system pembuluh darah yang ditandai oleh lesi kulit berwarna merah)
Ø  Virus Hepatitis B: yang dapat menyebabkan kanker hati.
Ø  Virus Epstein-Bar: yang menyebabkan limfoma Burkit di Aprika, sedangkan di china virus tersebut menyebabkan kanker hidung dan tenggorokan. mengapa bisa terjadi perbedaan semacam itu? Karena faktor lingkungan dan genetic.
Ø  Virus retro pada manusia: misalnya virus HIV yang menyebabkan limfoma dan kanker darah lainnya.

·         INFEKSI
Beberapa infeksi yang bisa menyebabkan kanker antara lain:
·         Parasit Schistosoma (bilharzias) dapat menyebabkan kanker kandung kemih karena terjadinya iritasi menahun pada kandung kemih.
·         Infeksi oleh Clonorchis yang menyebabkan kanker pancreas dan saluran empedu.
·         Helicobacter Pylori adalah sauatu bakteri yang mungkin merupakan penyebab kanker lambung, dan diduga bakteri ini menyebabkan cedera dan peradangan lambung kronis sehingga terjadi peningkatan kecepatan siklus sel.
·         Gangguan keseimbangan hormonal
·         Manusia memilik hormone estrogen dan progesteron. Hormon estrogen berfungsi merangsang pertumbuhan sel yang cendrung mendorong terjadinya kanker, sedangkan progesteron melindungi terjadinya pertumbuhan sel yang berlebihan. Maka ada kecendrungan bahwa kelebihan hormon estrogen dan kekurangan hormon progesteron akan meningkatkan resiko kanker payudara, kanker rahim, kanker leher rahim, serta kanker prostat dan buah zakar pada pria.

·         RADIKAL BEBAS
Radikal bebas adalah suatu atom, gugus atom atau molekul yang mempunyai electron yang berpasangan di lingkaran luarnya.
Sumber-sumber radikal bebas adalah:
1.    Radikal bebas terbentuk sabagai produk sampingan dari proses metabolisme.
2.    Radikal bebas masuk ke dalam tubuh dalam bentuk racun-racun kimiawi dari makanan, minuman, udara yang terpolusi dan sinar ultraviolet dan matahari.
3.    Radikal bebas diproduksi secara berlebihan pada waktu kita makan berlebihan (berdampak pada proses metabolisme) atau bila kita dalam keadaan stres berlebihan, baik stres secara fisik, psikologis maupun biologis.

·         LINGKUNGAN
Kondisi lingkungan sekitar tempat tinggal dapat berpotensi meningkatkan resiko terjadinya kanker. Misalnya, orang di wilayah tropis yang sering terkena sinar ultraviolet dan matahari akan punya kernungkinan yang lebih besar untuk terserang kanker kulit  jika dibandingkan dengan orang  yang tinggalnya bukan di daerah tropis. Contoh lain, orang yang selamat dari bom atorn di Hiroshima dan Nagasaki pada Perang Dunia II rupanya beresiko tinggi menderita kanker sel darah, seperti leukemia. Nah, akumulasi dan serangkaian faktor itulah yang menyebabkan seseorang lebih mudah terpapar bibit kanker. Terutama jika kondisi daya tahan tubuh orang yang bersangkutan buruk.


KANKER SERVIKS
Anda tahu tidak? Siapa pembunuh nomor satu di dunia saat ini? Yup! Jawabannya adalah kanker serviks (kanker mulut Rahim). Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO), 630 juta perempuan terjangkit penyakit ini, dan setiap hari nyawa 600 perempuan di dunia terenggut olehnya. Sementara menurut data yayasan kanker Indonesia, angka pravalensi wanita pengidap kenker serviks di Indonesia tergolong besar. Setiap hari ditemukan 40-45 kasus baru dengan jumlah kematian mencapai 20-25 orang. Adapun jumlah wanita yang beresiko mengidapnya mencapai 48 juta orang. Oleh sebab itu, WHO menyatakan bahwa Indonesia termasuk Negara dengan insiden kanker serviks tertinggi dunia, dengan perluang 66 % meninggal. Woww! Seram ya? Padahal sebenarnya kanker serviks merupakan jenis kanker yang paling bisa dicegah dan disembuhkan, asalkan bisa dideteksi sedini mungkin. Hmmmm…kalau begitu, pahit atau tidak jika kematian akibat kanker disebut sebagai kematian yang sia-sia? Entahlah.
Sebenarnya apasih kanker serviks itu? Kanker serviks adalah keganasan yang terjadi pada leher Rahim, tetapi terbentuknya sangat perlahan. Awalnya beberapa sel berubah dari normal menjadi sel-sel prakanker, baru kemudian menjadi sel kanker. Terjadinya dapat bertahun-tahun. Namun, adakalanya terjadi lebih cepat. Perubahan itu sering disebut dysplasia.
Kanker serviks jarang terjadi pada wanita muda (usia 20 tahuanan). Kanker ini cendrung terjadi pada wanita paruh baya. Sebesar 50 % kasus detemukan pada wanita usia 35-55 tahun, 50%nya lagi ditemukan pada wanita dibawah usia 35 tahun. Akan tetapi, ketika menginjak usia yang lebih tua, resiko terserang kanker serviks tetap ada. Sayangnya banyak wanita tidak tahu bahwa ketika menjadi tua, mereka masih beresiko terkena serviks. Jadi, pada umumnya mereka tidak waspada terhadap intaian serviks ini. Maka sosialisasi yang lebih gencar terkait masalah ini sungguh dibutuhkan.
Dokter Laila Nuranna SpOG(K), Kepala Divisi Onkologi Ginekologi Obstetri Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, mengatakan bahwa sebagian besar kasus kanker serviks yang terdeteksi di rumah sakit sudah stadium lanjut sehingga sulit untuk diobati. “Jika kanker ditemukan lebih dm1, penanganannya akan lebih mudah dan tingkat harapan hidup akan lebih besar,” katanya saat Diskusi Kampanye dan Upaya Penanganan Kanker Serviks di Hotel Lumire Jakarta, Senin 12 April 2010. Nah, loh. Sekali lagi, kuncinya adalah kewaspadaan; dan... kewaspadaan itu bisa ditumbuhkan melalui sosialisasi yang kontinu.
FAKTOR PENYEBAB
Faktor-faktor resiko di bawah ini  dapat meningkatkan peluang seorang wanita terkena kanker serviks:
Ø  Infeksi Virus Human Papilloma (HPV). Pada kanker serviks, faktor resiko yang terpenting adalah infeksi HPV. HPV adalah kumpulan lebih dan 100 virus yang saling berhubungan dan dapat menginfeksi sel-sel pada permukaan kulit, ditularkan melalui kontak kulit seperti vaginal, anal, atau oral seks. Virus HPV beresiko rendah dapat menimbulkan genital warts (penyakit kutil kelamin) yang dapat sembuh dengan sendirinya dengan kekebalan tubuh. Namun pada yang beresiko tinggi, virus ini dapat mengubah permukaan sel-sel vagina. Bila tidak segera terdeteksi di diobati, infeksi virus HPV dalam jangka panjang dapat menyebabkan terbentuknya sel-sel prakanker serviks.
Ø  Melakukan hubungan seks tidak aman terutama pada usia muda atau memiliki banyak pasangan seks, memungkinkan terjadinya infeksi HPV. Tiga dari empat kasus baru infeksi virus HPV menyerang wanita muda (usia 15-24 tahun). Infeksi virus HPV dapat terjadi dalam 2-3 tahun pertama mereka aktif secara seksual. Pada usia remaja (12-20 tahun) organ reproduksi wanita sedang aktif berkembang. Rangsangan penis/sperma dapat memicu perubahan sifat sel menjadi tidak normal, apalagi bila terjadi luka saat berhubungan seksual dan kemudian infeksi virus HPV. Sel abnormal inilah yang berpotensi tinggi menyebabkan kanker serviks.
FAKTOR  RESIKO  LAINNYA:
Ø  Merokok: Wanita yang merokok lebih besar kemungkinannya terkena kanker serviks dibandingkan wanita yang tidak merokok. Rokok mengandung banyak zat racun/kimia yang dapat menyebabkan kanker paru. Zat-zat berbahaya ini dibawa aliran darah ke seluruh tubuh, yang berarti ke organ-organ lain juga. Produk sampingan (by-products) rokok sering kali ditemukan pada  mukosa serviks  dan para wanita perokok.
Ø  Infeksi HIV: HIV (human immunodeficiency virus) adalah virus yang menyebabkan penyakit AIDS. HIV berbeda dengan HPV. Akan tetapi, HIV dapat menjadi faktor resiko kanker serviks. Mengapa? Sebab wanita yang memiliki HIV sistem kekebalan tubuhnya menurun sehingga kurang  tangguh melawan infeksi HPV  ataupun kanker-kanker lain pada stadium awal.
Ø  Infeksi KIamidia: Bakteri ini umumnya menyerang organ kewanitaan. Tersebarnya melalui hubungan seksual. Namun, seorang wanita acap kali tidak tahu bahwa ia terinfeksi, biasanya infeksi tersebut ketahuan setelah dilakukan tes untuk kiamidia selama pemeriksaan panggul. Beberapa riset menemukan bahwa wanita yang memIiki riwayat infeksi ini berada dalam resiko kanker serviks yang Iebih tinggi.
Ø  Diet: Diet rendah sayuran dan buah-buahan dapat dikaitkan dengan meningkatnya resiko kanker serviks. Wanita yang mengalami obesitas/ gemuk berada pada tingkat resiko lebih tinggi untuk terkena kanker serviks.
Ø  Pil KB: Riset menemukan bahwa resiko kanker serviks meningkat sejalan dengan makin lamanya durasi seorang wanita menggunakan pil kontrasepsi, dan cenderung menurun pada saat penggunaan pil distop.
Ø  Memillki Banyak Kehamilan: Wanita yang menjalani 3 atau Iebih kehamilan utuh memiliki peningkatan resiko kanker serviks.
Ø  Hamil pertama di usia muda: Wanita yang kehamilan pertamanya di bawah usia 17 tahun hampir selalu 2x lebih mungkin terkena kanker serviks di usia tuanya daripada wanita yang menunda kehamilan hingga usia 25 tahun atau Iebih.
Ø  Penghasilan rendah: Wanita-wanita miskin berada pada tingkat resiko kanker serviks yang Iebih tinggi. Mengapa? Mungkin karena mereka tidak punya akses pada perawatan kesehatan yang memadai, seperti tes Pap Smear secara rutin.
DES (diethyistilbestrol): DES adalah obat hormon yang pemah digunakan antara tahun 1940-1971 untuk beberapa wanita hamil yang terancam bahaya keguguran. Nah, anak-anak perempuan 


Ø  dan para ibu hamil yang menggunakan obat ini memiliki resiko agak tinggi untuk terserang kanker serviks dan vagina.
Ø  Riwayat Keluarga: Bila seorang wanita punya ibu atau kakak perempuan yang menderita kanker serviks, maka tingkat resikonya untuk terkena bisa 2 atau 3 kali lipat lebih tinggi daripada wanita lain yang keluarganya tak punya riwayat kanker mi.
GEJALA UMUM
Karena terbentuknya sangat perlahan, kanker serviks biasanya ticlak memiliki tanda-tanda atau gejala awal. Gejala sering kali baru terlihat ketika kanker telah berkembang lebih jauh dan telah menyebar ke daerah di dekatnya. Itulah sebabnya penting bagi setiap wanita untuk menjalani tes Pap Smear secara teratur. Namun, Anda harus segera berkonsultasi dengan dokter bila menemukan gejala-gejala berikut ini:
Ø  Pendarahan vagina yang bersifat abnormal. Misalnya pendarahan setelah bersenggama, pendarahan setelah menopause, perdarahan dan bercak darah antar periode menstruasi, dan periode menstruasi yang Iebih lama  atau lebih berat dan biasanya;
Ø  Keputihan yang tidak normal. Ciri-cirinya adalah: kental, warnanya kuning/ kecoklatan, berbau busuk, dan terasa gatal.
Ø  Rasa sakit saat bersenggama.
Jika punya semua gejala di atas, memang bukan berarti Anda pasti terkena kanker. Bisa juga penyebabnya adalah sesuatu (penyakit) yang lain. akan tetapi, memeriksakan diri ke dokter adalah mutlak untuk mengetahui penyebabnya. Sebelum segalanya terlambat!
UPAYA PENCEGAHAN/DETEKSI DINI
Kebanyakan kanker serviks dapat dicegah. Ada dua cara mencegah penyakit ini, yaitu (1) menemukan dan mengobati prakanker sebelum menjadi kanker serviks; (2) mencegah terjadinya prakanker serviks. untuk kasus kanker serviks, sel-sel prakanker dapat ditemukan dengan Pap Smear (Papanicolaou Smear). Sel-sel prakanker ini kemudian bisa diobati untu mencegah terjadinya kanker. Ketika ditemukan dan diobati lebih dini, kanker serviks sering kali dapat disembuhkan. Maka cara terbaik untuk mengatasinya adalah deteksi dini alias tidak menunggu sampai gejala muncul. Itulah sebabnya penting  bagi setiap wanita (terutama yang usianya 30 tahun ke atas) untuk rutin menjalani tes Pap Smear dan pemeriksaan panggul. Berikut adalah pedoman dteksi dini kanker serviks:
Ø  Para wanita harus mulai melakukan tes Pap Smear sekitar 3 tahun setelah mereka mulai melakukan hubungan seks,  tetapi tidak lebih tua  dari usia 21 tahun.
Ø  Pengujian harus dilakukan setiap tahun jika tes Pap Smear biasa digunakan, atau setiap 2 tahun jika Pap Smear berbasis cairan digunakan.
Ø  Dimulai pada usia 30 tahun, para wanita yang mempunyai hasil tes normal sebanyak 3x berturut-turut mungkin dapat menjalani tes Pap Smear setiap 2 sampai 3 tahun sekali.
Ø  Pilihan lain untuk wanita di atas 30 tahun adalah menjalani tes Pap Smear setiap 3 tahun sekali plus tes HPV- DNA.
Ø  Wanita yang memiliki faktor resiko tertentu (seperti infeksi HIV atau punya imunitas lemah) harus mendapatkan tes Pap Smear setiap tahun.
Ø  Wanita usia 70 tahun ke atas dengan hasil tes Pap Smear normal selama 3 tahun berturut-turut (dan tidak mempunyal hasil tes abnormal dalam 10 tahun terakhir) dapat memilih untuk berhenti melakukan tes Pap Smear ini. Sebaliknya, para wanita yang telah menderita kanker serviks atau yang memiliki faktor resiko lain (seperti yang disebutkan di atas) harus terus menjalani tes  ini selama mereka berada dalam kesehatan yang  baik.

Beberapa wanita yakin bahwa mereka boleh berhenti melakukan tes Pap Smear dan pemeriksaan panggul setelah berhenti mempunyai anak. Keyakinan ini sungguh keliru. Bagaimanapun mereka harus terus mengikuti pedoman deteksi dini tersebut.
Selain tes Pap Smear, diatàs disebut pula adanya pemeriksaan panggul. Apa yang dimaksud dengan pemeriksaan panggul? Banyak orang rancu dengan istilah pemeriksaan panggul dan tes Pap Smear. Mengapa? Mungkin karena keduanya sering dilakukan pada saat bersamaan. Pemeriksaan panggul adalah bagian dan perawatan kesehatan rutin seorang wanita. Pemeriksaan panggul dapat membantu menemukan penyakit pada organ kewanitaan, tetapi tidak dapat menemukan kanker serviks pada stadium awal. Oleh kareria itu, tes Pap Smear masih diperlukan; tes Pap Smear sering dilakukan sesaat sebelum pemerlksaan panggul.
Banyak yang mengeluhkan mahalnya biaya Pap Smear. Kalau memang tak ada biaya untuk melakukan Pap Smear, metode WA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat) dapat menjadi pilihan. IVA digunakan untuk mendeteksi abnormalitas sel serviks setelah mengoleskan larutan asam asetat (asam cuka 3-5%) pada leher rahim. Asam asetat menegaskan dan menandai lesi  prakanker dengan perubahan warna agak keputihan (acetowhite change). Hasilnya dapat diketahui saat itu juga atau dalam waktu 15 menit sesudahnya. Bila  hasilnya bagus, kunjungan ulang  untuk tes  IVA  adalah setiap 5 tahun.
Metode IVA punya beberapa kelebihan jika dibandingkan diga Pap Smear. Berikut beberapa kelebihannya itu:
Ø  Tesnya sangat sederhana sehingga dapat dilakukan di puskesman.
Ø  Hasilnya cukup sensitive.
Ø  Harganya amat tenjangkau (mulai dari Rp. 5.000,00)..
Ø  Bisa dilakukan kapan pun (bahkan saat haid, nipas, ataupun  pasca keguguran).
Langkah deteksi dini yang bersifat medis hendaknya dilengkapi dengan upaya pencegahan nonmedis. Bagaimana cara melakukan upaya nonmedis itu? Tentu saja dengan menghindari hal-hal yang berpotensi meningkatkan resiko kanker serviks. Misalnya melakukan seks aman dan sehat, mempertimbangkan lagi pilihan alat kontrasepsi yang dipakai, menghentikan kebiasaan merokok, tidak mengonsumsi alkohol. Lebih dari itu, pola makan sehat dan gaya hidup sehat wajib diterapkan sehari-hari.