Minggu, 14 Oktober 2018

Panduan bertani buah Naga


Buah bersisik yang berwarna merah tersebut akan memanjakan lidah
Anda. Daging buahnya berwarna merah pekat, manis, berair (juicy), dan menyegarkan. Tak heran bila sekarang dragon fruit menjadi primadona buah meja di rumah, restoran, bahkan menjadi hidangan-hidangan istimewa di hotel.
Buah naga memang “pendatang baru” di dunia buah-buahan tanah air. Tanaman buah naga berasal dari Meksiko, Amerika Tengah, dan Amerika Selatan. Dragon fruit atau huo lung Iwo (buah naga dalam bahasa Mandarin) mulai diperkenalkan di Indonesia pada dekade 90-an. Lantaran bentuknya eksotik, aromanya harum, dan rasanya manis membuat buah kaktus madu tersebut semakin mendapat tempat tersendiri di hati pecinta buah-buahan di Indonesia. Meskipun demikian, ketersediaannya di pasar masih langka (terbatas). Buah naga mulai dikenal luas di Indonesia awal tahun 2000-an yang saat itu didatangkan dari Thailand.
Kini rhino fruit (nama lain buah naga) mulai dipasarkan dan mudah dijumpai di swalayan di seluruh nusantara. Selain rasanya manis dan menyegarkan, buah naga juga memberi manfaat yang besar bagi kesehatan tubuh manusia. Buah naga banyak mengandung vitamin dan mineral penting bagi tubuh. Tak heran jika permintaan konsumen untuk buah naga semakin hari semakin meningkat.
Untuk memenuhi kebutuhan konsumen, buah naga kini marak dikebunkan. Penanaman buah naga tersebar dari Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, hingga Kalimantan. Kebun-kebun buah naga juga mulai banyak ditemui. Maklum, budi daya buah naga termasuk mudah dan minim perawatan. Selain di lahan luas, buah naga juga bisa diusahakan di lahan sempit seperti halaman dan dak rumah dengan menggunakan pot. Itulah sebabnya, para pekebun buah naga mampu meraup untung besar dengan bertanam dragon fruit.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar